Kemajuan teknologi dan banyaknya komputer serta gadgets yang bertebaran ternyata bisa berdampak pada akses internet. kalau kita kehabisan alamat internet Protocol (iP), gadgets canggih di tangan kita akan menjadi tidak berguna karena tidak bisa mengakses informasi tentang seluruh dunia.
Lalu apa itu IP? Onno W. Purbo, pakar teknologi informasi dari Surya University, Sumarecon, Serpong, menjelaskan, “Nomor IP tuh ibaratnya kaya nomor handphone (HP). Kalau kamu tahu nomor HP kan baru bisa menghubungi teman kamu. Sama aja kaya komputer.
Tiap komputer, laptop, HP, atau gadgets lain punya nomor masing-masing yang beda satu sama lain. Nah nomor itu tujuannya biar komputer bisa “ngomong” dengan komputer lain. Nomor ini juga yang memberikan kita address saat mau mengakses internet”. Ono melanjutkan, “Sekarang masalah besarnya adalah nomor IP sudah habis tahun lalu. Yang kita pakai sekarang adalah IP versi 4.
Makanya kalau mau internet tetap jalan, kita harus secepatnya pindah ke versi baru, yaitu versi 6. Dengan itu baru internet kita bisa jalan terus”.
Masih ragu seberapa krusialnya masalah ini? Sekarang kayanya kamu juga sudah mengalami sendiri. Misalnya kamu connect ke Wi- Fi suatu tempat, tapi kamu tetap tidak bisa mengakses internet. Apakah Wi-Finya yang salah? Bukan! Justru karena kebanyakan yang memakai, kita tidak mendapatkan alamat IP lagi. Itu salah satu contohnya. Lalu sekarang internet kita bagaimana? “Ya statis, internet nggak bisa berkembang lagi. Apa yang kita gunakan dari IPv4 itu cuma sisa. Kalau ada yang nganggur kita pakai, begitu aja terus.
Tidak akan ada komputer yang bisa dapat IP baru lagi soalnya sudah tidak ada nomor baru lagi”, lanjut pakar yang tidak memakai sarana handphone maupun Blackberry ini. Untuk di Indonesia sendiri, masih sedikit pengguna IPv6 ini. Untuk kampus malah bisa dihitung jari, baru Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), dan Surya University (SU). Semuanya masih dalam tahap mempelajari bagaimana cara penggunaan dan setting untuk server masing-masing kampus.
Meski demikian, SU sedikit lebih di depan karena mereka lebih serius. Ini juga terbukti dengan pengadaan seminar tentang IPv6 yang dibuka untuk umum. Sistem penggunaan IP ternyata memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kita sebagai pengguna biasanya hanya memakai tanpa tahu keribetan para jago komputer yang memungkinkan kita bisa mengakses informasi dengan begitu mudahnya. IPv6 ini memang pertama kali diciptakan oleh orang luar negeri, dan sudah mulai luas diterapkan.
Tapi tidak begitu dengan Indonesia. Dipelopori oleh Onno dan teman-temannya, mereka mulai mempelajari penggunaan IPv6 untuk kemudian menyebar luaskan ilmu yang mereka punya ke seluruh Indonesia. Dari luar negeri, akan ada penjatahan nomor IP untuk setiap negara. Nanti pihak Internet Service Provider (ISP) akan merinci lagi nomor yang bisa digunakan untuk setiap kampus, kantor, maupun tempat lain dengan jaringan internet.
Tapi bukan berarti kita bisa langsung menggunakan alamat IP yang diberikan. Istilahnya, kita hanya dapat secara “mentah” dan masih harus diolah lagi.Maka dari itu penting untuk belajar cara mengkonfigurasi semuanya. Dan ini harus dilakukan masing-masing, jadi setiap kampus, kantor, bahkan aparatur negara.
Untuk alamat IP ini sebenarnya bayar, tapi yang bayar adalah ISP per tahunnya. Pengguna akan merasa tidak bayar karena sudah dibebani pada biaya langganan internet setiap bulannya. Apa saja keunggulan IPv6 dibandingkan IPv4? Kalau pada IPv4, panjang alamat hanya berjumlah 32 bit, sedangkan IPv6 adalah 128 bit. Hal ini menentukan jumlah host yang bisa menggunakan alamat IP tersebut. Pada IPv4 adalah 2Ù32, sedangkan pada IPv6 adalah 2Ù128.
Dari sini saja kita bisa melihat perbedaan signifikan dari jumlah komputer dan alat komunikasi lain yang bisa mengakses internet. Dari segi keamanan, IPv6 juga dikatakan lebih aman walaupun
Onno sendiri mengaku belum mengerti sepenuhnya tentang tingkat keamanan IPv6 karena ia juga belum selesai “mengutak-utik” tentang sistem baru ini.
Penggunaan IPv6 yang jauh lebih canggih tidak hanya akan lebih memudahkan kita untuk mengetahui berbagai jenis informasi, tapi juga akan berdampak positif terhadap akses internet di Indonesia.
Dengan ketersediaan alamat IP yang melimpah, memungkinkan bagi banyak orang untuk mendapatkan jaringan internet. Tak terkecuali mereka yang tinggal di daerah terpencil. Dengan demikian, Indonesia akan menjadi negara yang lebih melek teknologi.
NB: Dikutip dari Majalah i-Tech 03/004; Pak Onno W. Purbo yang lebih dikenal sebagai pakar IT, saat ini adalah dosen di STKIP Surya dan Surya University.
Berita Lainnya
- Menjawab tantangan zaman melalui, Human Computer Interaction
- Seminar Internasional Prodi Informatika: e-Learning dan Database
- Liputan Media: Cipta Media biayai 12 proyek seluler dan aplikasi ponsel
- Diskusi Sambil Lesehan, Menkominfo Bahas Open BTS Bareng Onno Cs
- Karya Mahasiswa SU Berhasil Masuk dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional